Aspek Arkeoastronomi Candi Borobudur: Perpaduan Keindahan Arsitektur dan Kebenaran Astronomis
Candi Borobudur, mahakarya arsitektur Buddha yang megah di Magelang, Jawa Tengah, menyimpan pesona tak hanya dalam keindahan fisiknya, tetapi juga dalam makna astronomis yang terukir dalam setiap detailnya. Aspek arkeoastronomi Candi Borobudur menjadi bukti kecanggihan pengetahuan astronomi masyarakat Jawa Kuno dan kaitannya yang erat dengan kehidupan spiritual mereka.
Apa itu Arkeoastronomi?
Arkeoastronomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara benda-benda langit (seperti matahari, bulan, bintang, dan rasi bintang) dengan budaya manusia pada masa lalu. Dengan kata lain, disiplin ini menggabungkan ilmu astronomi dan arkeologi untuk memahami bagaimana masyarakat kuno memandang langit dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan astronomi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Penjajaran Candi dengan Matahari dan Bintang
Salah satu aspek arkeoastronomi yang paling menarik adalah penjajaran Candi Borobudur dengan matahari dan bintang. Arah hadap candi, yaitu menghadap ke barat, tepat sejajar dengan titik terbenam matahari pada saat ekuinoks (kesetimbangan siang dan malam) dua kali setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Hal ini menunjukkan pemahaman mendalam masyarakat Jawa Kuno tentang pergerakan matahari dan kaitannya dengan siklus alam.
Stupa Puncak dan Simbolisasi Alam Semesta
Stupa induk di puncak Candi Borobudur, yang dikelilingi oleh 72 stupa kecil, melambangkan sistem kosmologi Buddhis. Stupa induk melambangkan Gunung Meru, pusat alam semesta dalam kosmologi Buddhis. 72 stupa kecil di sekitarnya melambangkan 72 bhuvana (alam semesta) dalam kosmologi Buddhis. Penataan stupa ini mencerminkan pemahaman masyarakat Jawa Kuno tentang struktur alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.
Relief Karmawibhangga dan Penggambaran Rasi Bintang
Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur, yang menceritakan hukum karma dalam agama Buddha, juga mengandung unsur-unsur arkeoastronomi. Beberapa panel relief menggambarkan rasi bintang seperti Ursa Major (Biduk) dan Orion (Layang-layang). Penggambaran rasi bintang ini menunjukkan pengetahuan masyarakat Jawa Kuno tentang astronomi dan kaitannya dengan kepercayaan spiritual mereka.
Kaitan Kalender dan Ritual dengan Peristiwa Astronomis
Kalender Jawa Kuno, Saka Jawa, juga memiliki kaitan dengan peristiwa astronomis. Pergantian tahun Saka Jawa dihitung berdasarkan pergerakan matahari dan bulan. Ritual-ritual keagamaan di Candi Borobudur pun sering kali dikaitkan dengan peristiwa astronomis, seperti gerhana matahari dan bulan. Hal ini menunjukkan peran penting astronomi dalam kehidupan spiritual masyarakat Jawa Kuno.
Aspek arkeoastronomi Candi Borobudur menjadi bukti kehebatan peradaban Jawa Kuno dalam memadukan ilmu pengetahuan, seni, dan spiritualitas. Candi Borobudur bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga monumen yang mencerminkan pengetahuan astronomi dan kosmologi masyarakat Jawa Kuno yang luar biasa. Pemahaman tentang aspek arkeoastronomi Candi Borobudur membuka jendela untuk memahami cara pandang masyarakat Jawa Kuno terhadap alam semesta dan tempat mereka di dalamnya.
Sumber: https://brin.go.id/
Posting Komentar